Selasa, 07 Februari 2012

Only Love

         
repost cerpen lama:



        “Eh curut, cepetan napa keburu ketauan noh sama yang punya,” teriak Ikmal.

“Ett dah, dasar kunyuk! susah nih ambilnya, enak banget ya main suruh. Sini kalo berani loe panjat nih pohon,” protes Mita dari atas pohon mangga.

“Curutt... loe tau sendiri kan kalo gue phobia sama ketinggian!” protes Ikmal balik.

“Ah banyak bacot deh,tinggal makan doang. Nih tangkep!” Mita melempar mangga dari atas pohon.

“Eh, eh....gue ga bisa turun nih,” Mita terlihat panik.

“Tau ah, gue nggak mau tanggung pokoknya,” ucap Ikmal dengan cuek.

“Wah, wah....bagus banget! Sekalian aja loe ngacir kabur sana!” sindir Mita.

“Hlah, emang gue mau kabur kok,” Ikmal pun lari meninggalkan Mita yang masih nangkring di atas pohon mangga.

“Dasar kunyuk kampret! mangga gue dibawa kabur, Mama!!! Mita ga bisa turun,” rengek Mita dari atas pohon.

           

10 tahun berlalu….


 “Kenapa Mit?” tanya Ikmal emosi, melotot gemas.

“Kenapa apanya? tanya tuh yang jelas,langsung to the point!” bentak Mita.

“Curut....! kenapa loe ga nolak waktu orang tua kita jodohin kita?” jawab Ikmal tidak terima.

“Eh,kunyuk seenaknya loe maen salahin gue! sekarang gue tanya, kenapa loe juga nurut gitu aja?” Mita balik nanya.

“Ya.. gue cuma ga mau bikin orangtua gue kecewa,” elak Ikmal mencoba menutupi perasaannya terhadap Mita.

“Ya udah, gue juga ga mau bikin kecewa Mama. Loe tau sendiri kan dia ngebet banget nyuruh gue cepet-cepet nikah,” timpal Mita mencari alibi yang tepat.


                    “Eh kalian berdua ternyata disini,” tegur Mama Ikmal.

“Iya, ada apa Tan?” tanya Mita menggaruk kepalanya.

“Tante sama keluarga mau pamit dulu,ini kan sudah malam apalagi besok kami sudah harus mempersiapkan semuanya, lusa kan kalian akan menilkah,” jelas Mama Ikmal yakin.

“Secepat itu Tan?” Mita mengerutkan dahi mendengar kalimat tadi.

“Iya sayang, Mama kamu juga sudah menyetujuinya. Kalian kan sudah sama-sama besar, jadi tunggu apalagi?” ucap Mama Ikmal dengan nada optimis.

“Tapi Ma...” sergah Ikmal.

“Kalian kan sudah di jodohkan sejak kecil, jadi kalian tidak bisa menolaknya. Ini semua demi kebahagiaan kalian berdua,” pungkas Mama Ikmal tersenyum senang.


 ***

“Ayo bangun dong sayang, masa’ calon pengantin perempuan bangun siang terus. Nanti kalau kamu udah menikah dengan Ikmal apa engga malu sama mertua?” bujuk Mama Emmy kepada putri semata wayangnya itu.

“Ngapain malu sih Ma, cuek bebek aja,” lantur Mita dibalik selimutnya.

“Aduh,kamu itu kalo dibilangin susah yah,” Mama Emmy hampir menyerah.

“Mama bawel deh,” protes Mita yang kini sudah bangun.

“Oh ya, rambut kamu jangan dipotong ya. Biar besok bisa di sanggul,” pesan Mama Emmy.

“Huh!!” keluh Mita menghela nafas panjang.


“Mit, hari ini gue temenin loe ke salon ya?” ajak Dara yang tiba-tiba masuk ke kamar Mita.

“Ke salon? ngapain? kaya orang nggak ada kerjaan aja,” jawab Mita dengan cueknya.

“Ya ngapain gitu creambath atau facial, yang jelas benerin tuh penampilan loe,” ujar Dara merapikan poninya yang sebenarnya tidak berantakan.

“Males gue! udah sono loe pergi sendirian aja! sekalian loe bersihin tuh kuku loe. Item-item gitu, persis Mak Lampir tau!” Mita menunjuk jari-jari tangan Dara seraya meringis geli.

“Ini tuh trend mode, gaul dikit dong Mit!” protes Dara memanyunkan bibirnya.
“Tetep aja norak!” sambar Mita.

 ***

               Hari-hari yang ditunggu pun tiba.

“Mit, buruan mandi! Kalo udah selesei rambut loe dikeringin dulu abis itu loe make-up, selesei make-up loe pake kebaya yang udah gue siapin,” ucap Dara bertubi-tubi.

“Iya,emak!” dengan pasrah Mita menurutinya.

                  “Mbak, ga usah pake bulu mata ya. Mata saya udah bagus gini kok,” pinta Mita kepada penata riasnya.

“Tapi mbak, alangkah lebih bagusnya lagi kalau memakai bulu mata,” jelas penata rias itu.

“Mimit!! pilih bulu mata atau cacing?” ancam Dara, matanya mulai kebat-kebit, berkacak pinggang.

“Huh, dikit-dikit cacing, apa-apa cacing mulu. Ga ada pilihan yang laen kek!” ujar Mita sebal.

“Mau nurut apa enggak!” sekali lagi Dara melotot.

“Tapi kan..” rengek Mita, kenapa harus cacing sih?.

“HARUS!!” Dara melotot tajam kearah Mita.

“Iya deh iya, gue pilih pake bulu mata,” Mita merasa terpojokkan yang membuatnya terpaksa menurutinya. Untuk kali ini mengalah adalah jalan yang paling aman.

 *

“Dar, tabok pipi gue,” pinta Mita nyengir.

Plaaakkk

“Enak nggak Mit?” tanya Dara menyeringai jahil.

“Enak? sakit iya! maksud gue pelan aja eh langsung maen hajar aja,” protes Mita mengelus-elus pipinya yang memerah.

“Tapi Dar, gue beneran lagi nggak mimpi kan? tinggal beberapa jam lagi gue udah mau nikah,” lanjut Mita mulai khawatir.

Mau nih gue tabok lagi biar loe tambah yakin?” ledek Dara di sela-sela Mita yang sedang di make-up.

“Keenakan loe dong pegang-pegang pipi gue mulu! Tapi Dar—”

“Tapi apanya lagi?” sambar Dara.

“Sampai saat ini gue ga cinta sama Ikmal,” ucap Mita dengan hati-hati.

“Tenang Mit, cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu kok,” Dara mencoba meyakinkan, menggenggam erat tangan sahabatnya itu..

“Iya,tapi gue deg-degan!” Mita meraih tangan Dara dan menaruh di dadanya.

“Loe nggak usah grogi gini, apalagi loe cantik banget kayak gini,” Dara mencoba menenangkan Mita.

“Tapi Dar, gue enggak yakin. Apa nantinya gue bisa hidup bahagia sama Ikmal?” Mita memasang wajah pesimisnya.

“Udah dong Mit, kenapa jadi rewel banget sih? dari tadi ngedumel mulu!” Dara hampir kehilangan kesabarannya.

“Tau gitu, tadi pagi-pagi gue kabur manjat jendela!” Mita sedikit kecewa dengan ucapan Dara barusan.

“Ga salah denger gue? boro-boro mau kabur pagi-pagi, bangun aja kalo enggak dibangunin sampe kiamat juga engga bakal bangun,” balas Dara dengan nada sindiran.

“LOE!”Mita menunjuk Dara penuh emosi.

“Ih seyem, takuttt.. ampun Nyonya Ikmal,” ledek Dara tertawa puas.


             
              “Udah siap sayang?” tanya Mama Emmy muncul dari balik pintu.

“Enggak sangka, putri Mama yang dulunya ganteng sekarang jadi cantik kayak gini. Mama kaya mimpi Mit,” lanjut Mama Emmy kagum.

“Mama enggak lagi mimpi kok, kan udah dari oroknya Mita udah cantik Mah,” Mita membanggakan dirinya, terkekeh. Mama Emmy hanya tersenyum takzim.

“Tapi cukup sekali Mita dandan kayak gini, lain kali enggak lagi-lagi deh,” celetuk Mita.

“Apa Mit?” sahut Mama Emmy

“Eh engga kok Mah,” kilah Mita.

“Ya sudah, berhubung kamu sudah siap. Ayo kita turun, Ikmal sudah nunggu kamu tuh,”ucap Mama Emmy.

Mita pun berjalan menuruni tangga dengan didampingi Dara dan Mama Emmy. Mita terlihat anggun dengan kebaya yang dipadu padankan dengan payat yang terlihat sangat selaras.

Sedangkan Ikmal pun terpana begitu melihat sosok Mita yang kini sudah duduk disampingnya.

“Sumpah Mit, kamu cantik banget. Berasa ada bidadari yang turun dari langit ke-10,” bisik Ikmal pada Mita yang hanya bisa menahan senyum. Lihatlah, betapa lengkapnya kebahagiaan ini.

Mita hanya tersenyum dengan pipi merah merona. Baru kali ini Mita merasakan getaran cinta yang tiba-tiba, rasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Rasa cinta yang menggebu-gebu menyelimuti seluruh hatinya.Dan kini guratan senyum bahagia itu merekah di bibir tipisnya saat Ikmal mengucap janji sehidup semati dengannya. Dan semua berakhir dengan sempurna… Ah, cinta itu memang sempurna, bukan?





Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini